Friday 31 March 2017

Shopping Time di Krabi (270317)

Suasana di dalam Slinky Hostel, selain kipas angin tempat ini juga pakai AC
Jadi ceritanya rencana hari ini mau menjelajah pulau lagi, karena masih banyak spot – spot cantik yang wajib dinikmati, namun apa daya karena kurang tidur dan agak kelelahan (please don’t say it’s just because of my age :P) jadinya digantikan dengan aktifitas menghabiskan uang : S H O P P I N G.

Menu di Esan Gunaeng
Sengaja bangun agak siang untuk menikmati lebih banyak leyeh – leyeh di hostel. Sebagai traveler yang budget concern, gw selalu cari tempat makan yang biasa aja, jauh dari fancy. Ciri - cirinya yang letaknya agak di gang, interior khas warung dan penjualnya ga pake seragam. Beruntung banget bisa dapet yang kayak gitu kan, akhirnya kita menemukan 2 tempat : Esan Gunaeng yang mango sticky rice-nya enak dan banyak bgt porsinya plus warthai (ga ada namanya tapi kayak warteg gitu lah sistem tunjuk).

Penyeberangan yang kita ambil kali ini jam 14:00 dengan harga tiket termasuk antar ke hotel lebih mahal THB 150 dari sebelumnya karena ferry nya lebih bagus dan baru. Sempet ada miskom juga pas konfirmasi penjemputan karena travel agent nya lupa info ke drivernya jadi kita agak nunggu lama di Krabi Pier.

Untungnya traveling sama cewek, gw juga jadi lebih banyak tahu tentang item apa aja yang harganya lebih murah dari di Indonesia, tujuan selanjutnya adalah BIG C, supermarket terbesar yang letaknya di Krabi Town. Belanjaan yang direkomendasikan antara lain : Tae Kae Noi, Snail White Cream, Pringles Honey Butter, Bear Brand Honey, Nescafe Diet Coffee dan beberapa produk lokal seperti masker, sambal kemasan dan mie instan. Menurut Inne, selisih harganya lumayan banget loh bisa 30%.

Puas belanja di BIG C dan makan di KFC (terpaksa junk food karena food courtnya tutup lebih cepat, tapi egg tart nya enak loh), tujuan selanjutnya adalah mensortir satu persatu toko – toko yang terhampar menggoda di sekitaran hotel. Ada juga kedai franchise seperti McD, Burger King, Starbucks hingga Moven Pick Ice Cream. Gw sebenernya ga begitu suka belanja tapi jadi kalap pas lihat ada yang jual sofa air bag dengan harga yang jauh lebih murah dari Jakarta dan seketika itu pula langsung ber-ide untuk jual lagi. Hahahaha….
 
Jalanan Krabi yang lengang sepanjang hari
Sekitar jam 11 kembali ke hotel untuk packing dan nyicil nulis blog. Btw, Krabi jadi salah satu kota yang sangat menyenangkan di Thailand, tidak begitu ramai dan banyak terdapat masakan halal karena letaknya ga begitu jauh dari Langkawi. Banyak orang Malaysia yang berdagang dan usaha disana. Travel Agent yang kita gunakan jasanya juga keturunan Malaysia dan muslim bahkan pernah kuliah di Malang, beruntung banget kan jadi lebih mudah komunikasinya. Kalo pada mau ke Krabi, bisa hubungi Ms Arin di +66937805607  dan WA number +6281235912948 (dia masih pake nomor Indonesia loh).

Begitu banyak aktifitas dan spot menyenangkan yang bisa dijelajahi di Krabi. Ga macet, makanan enak, transportasi gampang dan affordable. What else? Mari ke Krabi

Pengeluaran hari ini :
Penyeberangan PhiPhi  – Krabi incl shuttle to hotel THB 450
Share hotel Rp. 300.000,-
Lunch telur dadar + green chicken curry THB 80
Mango sticky rice THB 70
Angkot Ao Nang – Big C THB 100
Belanja di BIG C THB 550
Dinner KFC THB 95
Share taksi Big C – Ao Nang THB 125
Pad Thai THB 80 

Thursday 30 March 2017

Keceriaan Phi Phi Island & Keindahan Plankton Snorkeling Tour (260317)

Waiting for Sunset
Hari ini wajib bangun jam 7 pagi untuk nyeberang ke Phi Phi, supaya ga terlalu banyak barang bawaan, gw tinggalin bagasi besar di hotel dan bawa hand carry aja. Ga ada angkot yang menuju lokasi penyeberangan, jadi harus beli di travel agent. Harga yang ditawarkan sekaligus pembelian tiket ferry dan tentunya lebih murah 150 THB.

Berikut jadwal penyeberangan yang bisa dipilih :
Krabi – Phi Phi
09.00, 10.00, 01.30 & 03.00
Phi Phi – Krabi
09.00, 10.30, 02.00 & 03.30

Selain melayani penyeberangan ke Phi Phi, pelabuhan kecil ini juga melayani penyeberangan ke Lanta. Setelah 1,5 jam di laut, gw pun tiba di Phi Phi. Cuacanya cerah banget dan tentunya ramai sekali, kebanyakan turis Eropa yang ke Asia “mencari” matahari. Terakhir gw ke Phi Phi sekitar 5 tahun lalu dan perkembangannya pesat banget, deretan café & toko ga cuma di sisi pantai saja tapi juga dibuat beberapa blok lengkap dengan pembangunan hotel dan hostel.

Menikmati Kano di Pileh Bay
Sambil menunggu dimulainya tour, gw ke Slinky Hostel dulu untuk istirahat sebentar dan menyimpan barang bawaan. Gw dan teman – teman sengaja pilih hostel karena selain harganya lebih murah, review yang kita baca pun sangat menarik : lokasi pas di depan pantai dan dibawahnya ada party bar. Walaupun kebayang sih tidur bakalan keganggu sama suara musik yang  berdentum kencang sampai pagi. Kapasitas kamar sebanyak 20 orang, bersih banget dan nampak masih baru. Overall, gw sangat merekomendasikan hostel ini.

Tepat jam 3 sore, island hoping pun dimulai dengan rute :

* Viking Caves yang nama Thai nya Tham Phaya Nak sebagai pemberian dari Raja Rama IX ketika berkunjung pada tahun 1972, goa ini bukanlah peninggalan bangsa Viking yang terkenal sebagai penguasa lautan, di depannya terdapat tumpukan kayu sebagai tempat berteduh yang di dalamnya terdapat beberapa lukisan kapal panjang penjelajah dan beberapa peninggalan para pelayar jaman dulu yang sempat mampir kesana untuk berteduh. Saat ini, hanya diperbolehkan untuk melihatnya dari jauh.

* Pileh Bay yaitu tempat yang diperbolehkan menjelajah dengan kano dan snorkeling menyaksikan keindahan karang plus ikan warna warni dengan ombak yang tenang dan air laut yang jernih selama 1 jam.

* Maya Bay yang jadi favorit kebanyakan orang, pasirnya yang putih lembut seperti susu bubuk plus pemandangan yang indah lengkap dengan panorama sunset keunguan yang kece. Puas menyaksikan sunset, peserta tour disuguhi buah dan makan malam berupa nasi, green curry chicken dan ayam goreng plus minuman bersoda. Too bad nya, ga disediakan sambal.

* Sebagai puncaknya, hari mulai malam dan peserta akhirnya diberikan sajian utama berupa pemandangan plankton yang sudah siap menyapa kita. Siap dengan alat snorkeling, kita pun menceburkan diri ke laut, lampu kapal dimatikan dan luar biasa banget ketika melihat ke bawah lautan, ada begitu banyak titik serupa lampu kelap kelip berseliweran. Indah banget. Khusus yang ini, hanya bisa dikenang karena ga bisa diphoto.
Menikmati sunset dari kapal ferry
Selain makanan utama, tour ini menyediakan cocktail untuk menghangatkan tubuh kita dan it’s free ^-^v . Sekitar jam 20:30 sudah kembali ke Phi Phi Pier dan berjalan kaki menuju hostel yang ternyata bar nya sudah menyapa para penggila pesta dengan musik – musik elekteronik kekinian. Walau sempat diguyur hujan lebat beberapa saat dan night still young, gw “memaksa” teman – teman untuk ga tidur dan menikmati malam di Phi Phi.

Phi Phi memang tidak pernah beristirahat, banyak sekali aktifitas yang ditawarkan. Selain island hoping juga terdapat hoping-hoping lainnya seperti café hoping, snack hoping dan minimart hoping (seriously, di saat kita khawatir memikirkan Inne yang nyampe terakhir di hostel, dia malah asik neduh di minimart hunting makanan kecil dan printilan lainnya).
Hostel yang dibawahnya ada party bar
Cocktail murah meriah
Berjalan kaki di malam hari sangat mengasyikan, termasuk mampir di bar yang menantang pengunjungnya untuk thai boxing, kios yang menjajakan cocktail dengan harga super murah dan menikmati banana choco pancake. Phi Phi Island is always mesmerizing !

Pengeluaran hari ini :
Penyeberangan Krabi – Phi Phi incl shuttle to pier THB 300
Arrival Fee Phi Phi THB 20
Hostel THB 520
Lunch chicken basil rice THB 100
Plankton Snorkeling Tour THB 1,700
Mineral water & Nescafe THB 22
Banana choco pancake THB 60
Beer Slinky Bar THB 120
Bucket cocktail share THB 50
Sate udang THB 40

Tuesday 28 March 2017

Pesona Krabi Yang Mulai Terpancar (240317)

Salah satu sudut penanjakan menuju puncak Tiger Cave Temple
24 Mar  Jakarta – Kuala Lumpur KL810    19:25 – 22:30
25 Mar  Kuala Lumpur – Krabi   AK866   07:10 – 07:30
  
Tidur di KLIA2
Sebagai seseorang yang mencintai Thailand, tentunya semacam menjadi rutinitas wajib untuk ingin lebih mengetahui apa saja yang terbaru dan menarik dari salah satu negara yang terkenal dengan surga belanja dan makanan ini. Bangkok, Pattaya & Phuket merupakan 3 kota yang seringkali dikunjungi oleh wisatawan, tapi Krabi? Rasanya belum begitu populer. Gw pun akhirnya memutuskan untuk mengunjunginya. Kali ini ga sendirian, ada Inne & Nadia plus Wil yang nyusul keesokan harinya.

Air Asia memiliki 3x penerbangan dari Kuala Lumpur yaitu 07:10, 13:30 & 17:00 dengan durasi 01 jam 20 menit. Gw memilih yang jam 07:10 dengan konsekuensi menginap di KLIA 2 terlebih dulu, the bright side thing adalah gw bisa merasakan transit yang lama dan usaha mencari spot ter-strategis (selain aman, tentunya dekat dengan colokan listrik). Lokasinya di belakang Starbucks lantai 2 dekat smoking room ^-^v

Setibanya di Krabi International Airport dan membeli sim card lokal, gw langsung membeli tiket bus menuju Ao Nang, yang merupakan kawasan pantai terpopuler. Letaknya sekitar 26 km dengan lama perjalanan sekitar 35 menit, namun bus tidak diperkenanankan masuk ke area tersebut, para penumpang disediakan sejenis angkot untuk melanjutkan perjalananan dari Krabi Town tanpa biaya tambahan. Kesan pertama yang gw dapatkan di Krabi adalah jalan raya yang lebar tanpa macet dan belum begitu banyak pembangunan.

Angkot khas Krabi

Sambil menunggu waktu check-in hotel, gw dan Inne menuju ke kios travel agent untuk menanyakan beberapa tempat wisata yang sebelumnya sudah ada di bucket list. Tidak begitu banyak tempat wisata ikonik yang di highlight. Tadinya sempat berpikir untuk mengambil paket halfday tour dengan tujuan Tiger Cave Temple & Elephant Trekking namun karena efek kurang tidur dan ehemm… uang yang terbatas, kami memutuskan untuk mengunjungi 1 tempat saja yaitu Tiger Cave Temple. Itupun tidak menggunakan paket tour, namun dengan menggunakan angkot. Untuk mendapatkan angkot yang lewat, sangat mudah karena di sepanjang jalan raya Ao Nang, terdapat signage tempat angkot berhenti yang menuliskan tujuan serta ongkos yang harus dibayar.
Sailfish Statue di Pantai Aonang sejak 2005

Tiger Cave Temple (Wat Tham Suea) berlokasi sekitar 4 km dari Krabi Town, merupakan komplek suci umat Buddha untuk tempat meditasi Vippassana (suatu cara merubah diri sendiri melalui pengamatan diri). Namanya mulai digunakan sejak tahun 1975, saat seorang biksu bernama Jumnean Seelasethho diberikan “penglihatan” dikelilingi oleh harimau yang juga meninggalkan tanda berupa jejak pada salah satu dinding goa. Ada 3 area yang dapat dikunjungi : goa yang menyimpan beberapa artefak kuno, pagoda dan yang utama adalah patung Buddha yang dapat ditempuh dengan menggunakan 1,237 anak tangga lengkap dengan sedikit gangguan dari beberapa monyet hutan ! Dengan tekad sekuat baja dan usaha yang kuat, akhirnya gw MENYERAH di tangga ke 587. Anak tangga yang curam dan berliku plus gerimis akhirnya menciutkan semangat gw lengkap dengan alasan kurang istirahat untuk terhindar dari sakit. Gw pun kembali ke bawah dengan rela menerima kenyataan bahwa 2 temen gw yang wanita itu ternyata mampu menyelesaikan tantangan ini. Sebagai “hadiah” mereka mendapatkan pemandangan berupa gugusan hutan yang terbentang indah lengkap dengan Laut Andaman yang keren banget katanya (sampai saat ini gw harus ikhlas menggunakan “katanya” karena ga ngalamin sendiri).

Karena sudah lewat jam 6 sore dan angkot dah ga ada yang mangkal, akhirnya kami bertiga harus rela menyewa mobil untuk menuju Krabi Town Weekend Night Market sambil menikmati malam minggu (yang biasanya kelabu, karena kami jomblo). Seperti Night Market pada umumnya, tempat ini menawarkan banyak sekali macam makanan. Dari yang otentik seperti green curry chicken, mango sticky rice, pad thai hingga yang fusion seperti sushi yang dipadukan dengan bumbu Thai, ga cuma makanan tapi juga banyak dijual berbagai oleh – oleh. Pasar ini dibuka setiap Jum’at, Sabtu & Minggu dari jam 5 – 10 malam, jadwal angkot terakhir menuju Ao Nang yaitu jam 10 malam. Area pasar tidak begitu besar, sangat nyaman untuk dikunjungi wisatawan yang kelelahan seperti kami.
Suasana di Krabi Town Weekend Night Market
Anyavee Ban Aonang Resort tempat kami menginap memiliki lokasi yang strategis karena hanya beberapa meter saja dari pantai. Kamarnya agak spooky karena bangunan lama, tapi karena live music yang terdengat hingga ke kamar membuat gw yang tidur sendiri merasa lebih “aman”.

Pengeluaran hari ini :

Tiket Jakarta – Kuala Lumpur Rp. 688.800
Tiket Kuala Lumpur – Krabi pp Rp. 971.500
Share hotel Rp. 300.000
SIM Card THB 200
Bus Bandara – Ao Nang THB 150
Makan siang THB 80
Air mineral, Nescafe THB 30
Jus pisang THB 40
Angkot Ao Nang – Tiger Cave Temple THB 150
Air mineral, pad thai, thai iced tea THB 90
Share mobil Tiger Cave Temple – Krabi Town Weekend Night Market THB 100
Squid satay 2 pcs THB 30
Green curry chicken with noodle THB 20
Ayam goreng THB 30
Share duren montong THB 200
Energy drink THB 10 

Tuesday 14 March 2017

MOVIE REVIEW : TRINITY THE NEKAD TRAVELER

TRINITY THE NEKAD TRAVELER **

Tanggal Rilis : 16 Maret 2017
Sutradara : Rizal Mantovani
Production House : Tujuh Bintang Sinema

Pastinya ga cuma gw aja yang tadinya sempat mengira “The Nekad Traveler” ini mengalami “typo” dalam penulisan judulnya, namun menurut info yang gw dapat, hal ini untuk menghindari missed-perception dari judul buku aslinya yang menggunakan kata “Naked”. Film ini diadaptasi dari rangkaian buku best seller yang memuat catatan perjalanan seorang traveler perempuan yang tentunya menginspirasi para traveler pemula untuk mengikuti jejaknya agar lebih mengenal dunia. Trinity memang sudah tidak asing lagi di dunia traveling Indonesia, kunci keberhasilannya terletak pada cara bertutur yang informatif namun tidak menggurui, sangat pop dan “kita” banget lah pokoknya.

Bagaimana hasilnya jika buku tersebut dijadikan sebuah film? Tentunya dari sisi bisnis, film ini diharapkan tidak hanya diperuntukkan bagi traveler saja namun ke target penonton yang lebih luas dan pastinya akan banyak penyesuaian di beberapa hal. Perlu kompromi tertentu bagi pembaca setia Trinity agar film ini lebih menyenangkan untuk ditonton.

Bercerita tentang seorang pegawai kantoran yang doyan banget jalan – jalan dengan kendala yang tentunya sering dialami oleh kita semua : uang pas – pas an dan jatah cuti yang rasanya ga pernah cukup, ditambah lagi dikejar pertanyaan kapan nikah dari orangtua. Trinity (Maudy Ayunda) selalu menuliskan pengalamannya melalui blog naked-traveler.com dan secara perlahan mulai mendapatkan pembaca setia yang “ga sengaja” mampir karena niat yang “berbeda”. Dia juga memiliki bucket list yang isinya ga cuma tempat wisata incaran tapi juga ada beberapa hal nyeleneh, diantaranya : Berenang bareng hiu dan nongkrong bareng Tompi.

Keseruan film dimulai saat ia menyadari ada harpitnas (hari kejepit nasional) yang membawanya menuju Lampung menyaksikan Festival Layang – Layang, mengunjungi Pulau Anak Gunung Krakatau untuk menyaksikan keindahan Gunung Krakatau dan melihat konservasi gajah di Way Kambas. Keberuntungan pun datang karena tuntutan pekerjaan yang membuatnya harus pergi menuju Makassar dan tentunya dimanfaatkan untuk berkunjung ke beberapa tempat wisata.

Cerita semakin menarik ketika Trinity traveling ke Philippine bersama kedua sahabatnya, Yasmin (Rachel Amanda) dan Nina (Anggika Bolsterli) serta sepupunya, Ezra (Babe Cabita). Konflik pun dimulai saat salah satu sahabatnya mulai terganggu dengan bucket list yang membuat Trinity jadi terkesan egois. Kehadiran Paul (Hamish Daud) dan Mister X juga menjadi bumbu lain yang coba dihadirkan melalui film berdurasi 103 menit ini.

***

Spot wisata dengan view yang menawan, tips traveling yang tidak menggurui serta komedi yang dihadirkan pada awal hingga tengah film sangat menyenangkan untuk disimak, namun sangat disayangkan ketika memasuki plot cerita di Philippine terasa kurang maksimal karena lebih fokus kepada konflik dan hanya mengambil spot di Quiapo Market padahal masih banyak spot ikonik yang bisa dieksplor. Kehadiran sosok Paul dengan dialog terdengar cheesy nampaknya sengaja digunakan untuk memperluas “target pasar” ke segmen lainnya , malah membuat film ini agak sedikit kehilangan arah.

Pemilihan Rizal Mantovani sebagai Sutradara sangat tepat karena sebelumnya sukses membuat film dengan view yang memanjakan seperti Air Terjun Pengantin (2009) & 5 cm (2012). Salut juga dengan Joseph Jafar sebagai Music Director yang memanjakan telinga penonton dengan backsound & backsong yang catchy.

Kalo dari sisi peran, Ayu Dewi sang bos dan Mala Barbie sang pegawai caper menjadi bumbu yang tidak hanya renyah, namun juga berkesan bagi penonton.

Sebagai pembaca setia blog sang penulis asli, gw bakalan setia menunggu kehadiran sekuelnya. 

Film ini sangat layak ditonton sebagai ungkapan bangga dan syukur bahwa pariwisata Indonesia memiliki begitu banyak ragam keindahan dan tentunya sebagai penyemangat awal bagi yang tidak ingin kehilangan momen traveling sebagai pengalaman berharga dalam hidup, seperti kutipan Mark Twain yang dihadirkan pada awal film :

“20 tahun dari sekarang, kau akan lebih banyak kecewa akan hal – hal yang pernah tak kau lakukan.”

***

Dialog menarik :
“Nulis ibarat doa dan alam semesta akan mengamini”
“Kemanapun kaki melangkah, rumahku Indonesia”

XXI Plaza Senayan, A7