Sunday 11 January 2015

Menjelajahi Kawasan Pecinan, Jakarta

Bosan dengan mall, weekend ini gw menghabiskan waktu berkunjung ke kawasan Glodok atau biasa disebut ‘Pecinan’ untuk mencari sesuatu yang tidak gw rencanakan sebelumnya, buat gw ‘kejutan’ memiliki sensasi tersendiri. Memang paling pas menggunakan sepeda motor untuk menghindari kemacetan sekaligus bisa melewati berbagai jalan tikus yang konon banyak hal ‘tersembunyi’ di dalamnya.
Menyambut kedatangan Tahun Kambing
Setibanya disana, perut langsung memberi isyarat untuk diisi. Yap! Tujuan pertama adalah mencari tempat makan siang yang enak, ada sebuah jalan kecil bernama Pancoran yang terdapat beberapa kedai menggiurkan, konon tidak ada makanan cina yang tidak enak. Jadi bingung kan mau pilih yang mana, akhirnya memasuki sebuah tempat bernama ‘Lao Hoe’ karena tertarik dengan tempatnya yang bersih, tertata dan masih mempertahankan interior kunonya. Menu yang ditawarkan : Laksa Betawi, Bakmi Khas Belitung dan Ayam Goreng. Melirik meja yang lain kebanyakan memilih laksa, gw pun langsung memesan makanan yang sama. Tanpa maksud berlebihan, laksa yang dibanderol hanya seharga Rp.15 rb/porsi ini memiliki rasa yang pas banget : perpaduan antara santan, kemangi, ayam suir, bumbu kuning dan tentunya sejumput resep rahasia berhasil berbaur sempurna di lidah gw. Cempedak goreng tepung pun menjadi hidangan penutup yang pas. Slurrppp...
Enak, murah dan tanpa bahan pengawet
Berjalan kaki terasa tidak lelah karena disuguhi pemandangan berupa sederetan toko obat tradisional cina, cemilan khas dan nampaknya para pedagang sudah mulai menjajakan pernak – pernik Tahun Baru Cina yang akan berlangsung bulan Februari mendatang.
Gedung Chandra
Ada sebuah gedung besar yang menarik dan langsung gw masuki, namanya Gedung Chandra. Tak jelas gedung ini dibangun tahun berapa, informasi yang gw dapatkan di internet pun tidaklah memadai. Masih ada tanda – tanda kejayaan di dalamnya. Di dalam gedung ini dulunya terdapat 2 studio bioskop dan sebuah aula pertunjukan besar di lantai 2. Masih terlihat pelataran panggung lengkap dengan tirai raksasanya yang saat ini digunakan untuk arena bermain ding dong klasik dan tempat penjualan furniture khas oriental. Rasa kaget gw pun tidak berhenti sampai disitu, naik ke lantai 3 gw mendengar suara musik berkumandang, tak hanya musik namun ada suara parau sedang bernyanyi. Wah ternyata ada yang lagi karaoke di food court. SERU BANGET!! Hahahahaha. Tak jauh dari situ, gw melanjutkan ‘petualangan’ gw dan ternyata ada 2 tempat karaoke lainnya. Nampaknya sudah menjadi rutinitas harian bagi warga keturunan untuk relaksasi atau sekedar menghabiskan waktu sambil melestarikan tradisi turun – temurun.

Karaoke dan berdansa
Tak lengkap rasanya jika berkunjung ke daerah pecinan tidak melihat wihara yang menjadi salah satu saksi sejarah perjalanan kehidupan warga keturunan di Jakarta. Wihara Dharma Sakti atau yang bernama Jin De Yuan merupakan tempat ibadah umat Budha yang dibangun pada tahun 1938 dan terletak di Jl Petak Sembilan. Masih berdiri kokoh lengkap dengan ornament khas termasuk patung besar perlambang kemakmuran yang ‘menyapa’ di gerbang masuk area dalam.
 
Wihara Dharma Sakti
Sekitar jam 4 sore gw kembali ke rumah dan weekend kali ini pun berakhir manis dengan pengalaman baru dan seru. 

No comments:

Post a Comment