Tuesday 14 March 2017

MOVIE REVIEW : TRINITY THE NEKAD TRAVELER

TRINITY THE NEKAD TRAVELER **

Tanggal Rilis : 16 Maret 2017
Sutradara : Rizal Mantovani
Production House : Tujuh Bintang Sinema

Pastinya ga cuma gw aja yang tadinya sempat mengira “The Nekad Traveler” ini mengalami “typo” dalam penulisan judulnya, namun menurut info yang gw dapat, hal ini untuk menghindari missed-perception dari judul buku aslinya yang menggunakan kata “Naked”. Film ini diadaptasi dari rangkaian buku best seller yang memuat catatan perjalanan seorang traveler perempuan yang tentunya menginspirasi para traveler pemula untuk mengikuti jejaknya agar lebih mengenal dunia. Trinity memang sudah tidak asing lagi di dunia traveling Indonesia, kunci keberhasilannya terletak pada cara bertutur yang informatif namun tidak menggurui, sangat pop dan “kita” banget lah pokoknya.

Bagaimana hasilnya jika buku tersebut dijadikan sebuah film? Tentunya dari sisi bisnis, film ini diharapkan tidak hanya diperuntukkan bagi traveler saja namun ke target penonton yang lebih luas dan pastinya akan banyak penyesuaian di beberapa hal. Perlu kompromi tertentu bagi pembaca setia Trinity agar film ini lebih menyenangkan untuk ditonton.

Bercerita tentang seorang pegawai kantoran yang doyan banget jalan – jalan dengan kendala yang tentunya sering dialami oleh kita semua : uang pas – pas an dan jatah cuti yang rasanya ga pernah cukup, ditambah lagi dikejar pertanyaan kapan nikah dari orangtua. Trinity (Maudy Ayunda) selalu menuliskan pengalamannya melalui blog naked-traveler.com dan secara perlahan mulai mendapatkan pembaca setia yang “ga sengaja” mampir karena niat yang “berbeda”. Dia juga memiliki bucket list yang isinya ga cuma tempat wisata incaran tapi juga ada beberapa hal nyeleneh, diantaranya : Berenang bareng hiu dan nongkrong bareng Tompi.

Keseruan film dimulai saat ia menyadari ada harpitnas (hari kejepit nasional) yang membawanya menuju Lampung menyaksikan Festival Layang – Layang, mengunjungi Pulau Anak Gunung Krakatau untuk menyaksikan keindahan Gunung Krakatau dan melihat konservasi gajah di Way Kambas. Keberuntungan pun datang karena tuntutan pekerjaan yang membuatnya harus pergi menuju Makassar dan tentunya dimanfaatkan untuk berkunjung ke beberapa tempat wisata.

Cerita semakin menarik ketika Trinity traveling ke Philippine bersama kedua sahabatnya, Yasmin (Rachel Amanda) dan Nina (Anggika Bolsterli) serta sepupunya, Ezra (Babe Cabita). Konflik pun dimulai saat salah satu sahabatnya mulai terganggu dengan bucket list yang membuat Trinity jadi terkesan egois. Kehadiran Paul (Hamish Daud) dan Mister X juga menjadi bumbu lain yang coba dihadirkan melalui film berdurasi 103 menit ini.

***

Spot wisata dengan view yang menawan, tips traveling yang tidak menggurui serta komedi yang dihadirkan pada awal hingga tengah film sangat menyenangkan untuk disimak, namun sangat disayangkan ketika memasuki plot cerita di Philippine terasa kurang maksimal karena lebih fokus kepada konflik dan hanya mengambil spot di Quiapo Market padahal masih banyak spot ikonik yang bisa dieksplor. Kehadiran sosok Paul dengan dialog terdengar cheesy nampaknya sengaja digunakan untuk memperluas “target pasar” ke segmen lainnya , malah membuat film ini agak sedikit kehilangan arah.

Pemilihan Rizal Mantovani sebagai Sutradara sangat tepat karena sebelumnya sukses membuat film dengan view yang memanjakan seperti Air Terjun Pengantin (2009) & 5 cm (2012). Salut juga dengan Joseph Jafar sebagai Music Director yang memanjakan telinga penonton dengan backsound & backsong yang catchy.

Kalo dari sisi peran, Ayu Dewi sang bos dan Mala Barbie sang pegawai caper menjadi bumbu yang tidak hanya renyah, namun juga berkesan bagi penonton.

Sebagai pembaca setia blog sang penulis asli, gw bakalan setia menunggu kehadiran sekuelnya. 

Film ini sangat layak ditonton sebagai ungkapan bangga dan syukur bahwa pariwisata Indonesia memiliki begitu banyak ragam keindahan dan tentunya sebagai penyemangat awal bagi yang tidak ingin kehilangan momen traveling sebagai pengalaman berharga dalam hidup, seperti kutipan Mark Twain yang dihadirkan pada awal film :

“20 tahun dari sekarang, kau akan lebih banyak kecewa akan hal – hal yang pernah tak kau lakukan.”

***

Dialog menarik :
“Nulis ibarat doa dan alam semesta akan mengamini”
“Kemanapun kaki melangkah, rumahku Indonesia”

XXI Plaza Senayan, A7

No comments:

Post a Comment