Thursday 28 January 2016

KESERUAN MENJELAJAHI GUILIN (140116)

Sun & Moon Pagoda
Sebagai salah satu kota tujuan utama perjalanan kali ini, tadinya gw niat banget mau ambil paket city tour seharian, namun berdasarkan informasi yang didapat dari Rubi sang resepsionis, cuaca yang kurang stabil plus lokasi hotel yang strategis membuat gw membatalkan untuk mengambil paket seharga RMB 350 yang isinya termasuk makan siang ekslusif di atas pesiar sambil menyusuri Li River dari ujung yang satu ke ujung yang lainnya.

Elephant Trunk Hill
Hanya dengan berjalan kaki sekitar 500 m dari hostel, akhirnya gw menemukan tempat utama hari ini : Elephant Hill Scenic Area yang ternyata tidak hanya terdapat bukit bebatuan berbentuk gajah yang sedang meminum air sungai namun terdapat beberapa objek yang menarik seperti : Water Moon Cave, Puxiang Pagoda peninggalan Dinasti Ming, Yunfeng Temple, Love Island dan tentunya Mysterious Village yang terdapat begitu banyak patung sepasang kekasih dengan berbagai pose.

Oia kalo ada uang lebih, lo bisa balik lagi ke Mystrerious Village di malam hari untuk menyaksikan seni pertunjukan tarian, perkusi yang didukung oleh kecanggihan teknologi audio visual termasuk permainan laser dan lighting yang memukau. Terbagi menjadi 4 sesi yaitu :  Primitive Guilin, Mysterious Village, Phantom Theater dan Legend of God Elephant.


Mysterious Village
Setelah lelah menaiki puncak bukit untuk menikmati keindahan kota Guilin dari titik teratas plus berkeliling taman yang tidak begitu ramai selama sekitar 2 jam, gw melanjutkan perjalanan menuju lokasi lainnya yaitu Shanhu Lake tempat dimana terdapat Sun & Mood Pagoda setinggi 41 m dan 35 m yang saat malam hari menampilkan kelipan lampu yang menawan lengkap dengan dekorasi bunga warna – warni. Lanjut menyusuri sore hari yang dingin dan berangin, nampaknya gw agak kecepetan untuk singgah di Zhengyang Pedestrian Area yang merupakan salah satu pusat belanja terkemuka.

Pilihan yang pas untuk menunggu waktu ramai adalah dengan menyeruput hot chocolate grande size di Starbucks, Mengshidao Shopping Mall sambil memantau kejadian bom Sarinah yang menghebohkan itu, tak terasa sudah menjelang sore dan kembali menuju ke area yang ternyata menjual begitu banyak jajanan khas, oleh – oleh dan tentunya fashion terbaru ala Guilin.

Wajib nyobain street food khas Guilin
Bosan menyantap mie khas Guilin, akhirnya gw memutuskan untuk makan malam ala eropa di salah satu café yang gw lupa namanya. Hahahahaha... Berjalan kaki seharian di Guilin sangat menyenangkan. Kota kecil bersejarah yang berpadu dengan banyak hal modern namun tetap memberikan nuansa romantika yang kental

Biaya hari ini :
- Tiket masuk Elephant Hill Scienic Area : RMB 75
- Makan siang mie : RMB 10
- Starbucks : RMB 30
- Snack jagung goreng tepung : RMB 8
- Snack durian goreng tepung : RMB 10
- Pijat ala Tiongkok + tip : RMB 105
- Makan malam French Lamb + peach beer : RMB 78 

Wednesday 27 January 2016

ZHUHAI, KOTA PANTAI YANG MODERN & KEDINGINAN DI GUILIN (130116)

Fisher Lady
Zhuhai – Guangzhou     C7642    14:30 – 15:43
Guangzhou – Guilin       D2842    17:20 – 20:16

Zhuhai Ten Hostel
Walaupun badan agak capek namun ga menghalangi gw untuk bangun pagi, jam menunjukan angka 07:33 di hp sesaat setelah membuka mata. Sejam kemudian gw langsung menitipkan koper kecil gw di resepsionis dan lanjut berjalan kaki menuju pantai yang letaknya tepat di belakang hostel.

Begitu banyak cerita di luaran bahwa Tiongkok negara yang kotor, semrawut dan penduduknya yang jorok, tapi kesan itu jauh dari Zhuhai yang bisa dibilang sebagai kota yang ‘baru’ di Tiongkok, tepatnya diresmikan pada tahun 1979 sebagai Special Economy Zone. Sebagai salah satu pusat bisnis, kota ini sangat tertata rapih dan modern. Sambil berjalan di tepi pantai yang dibatasi pagar beton, gw mencoba mencari tau dimana letak Fisher Lady yang merupakan patung ikonik di Zhuhai. Setelah bertanya ke begitu banyak orang dan hasilnya nihil, akhirnya gw memberanikan diri menggunakan taksi. Sialnya ditipu supir dengan harga non argo senilai RMB 50, padahal pas kembali dari sana cuma RMB 20!

Ini bukan di Amsterdam loh ^.^
Fisher Lady atau Lady Of The Ocean yang berlokasi di Xianglu Bay menjadi salah satu tujuan utama para wisatawan, patung ini memilki tinggi 8,7 m dan terbuat dari granit seberat 10 ton dibuat oleh pematung bernama Pan He. Suasana pagi itu ga seramai yang gw bayangkan, ada beberapa bus pariwisata yang parkir di seberang. Ga begitu jauh dari patung tersebut, terdapat gugsan pantai yang kali ini bisa digunakan sebagai tempat bermain, terlihat beberapa keluarga dan anak – anak yang sangat aman untuk berada disana. Ombak yang tenang serta angin yang semilir membuat mereka jadi betah bercengkrama. Tepat di seberang pantai berpasir kuning keemasan tersebut, terdapat sebuah taman yang luas dan rapi bernama Haibin Park, mata gw dimanjakan pemandangan berbagai bunga dan tata letak yang sangat nyaman. Mulai dari taman bermain anak, pohon yang rindang plus danau buatan yang ‘memaksa’ gw untuk berlama – lama disana.

Ga berapa lama selesai menikmati makan siang halal di dekat hotel, gw mengambil bagasi ke hostel dan melanjutkan berjalan kaki ke Zhuhai Rail Station yang ternyata letaknya bersebalahan dengan Gongbei Port. Tiket yang gw beli di C Trip ternyata berangkat bukan dari stasiun sana, namun dari stasiun yang berbeda. Dengan bantuan petugas, gw hanya diminta penambahan biaya tiket tambahan sebesar RMB10.

Guangzhou Rail Station
Ada beberapa pilihan transportasi menuju Guilin, bisa dengan nonstop bus dengan memakan waktu 10 jam di perjalanan atau sleeper bus yang 14 jam. Dengan pertimbangan efisiensi waktu, walau agak sedikit mahal, akhirnya gw memilih Intercity High Speed Train + Multiple Unit Train dengan jadwal yang sangat on-time. Kereta menjadi salah satu transportasi yang diandalkan setelah pesawat untuk menghubungkan antar kota di Tiongkok, gw sempat berdecak kagum melihat begitu besarnya Guangzhou Rail Station dan ga melewatkan berphoto di depannya, minimal gw pernah lah ke Guangzhou walau setitik aja. Hehehe…

Setibanya di Guilin, gw disambut dengan udara yang dingin banget, angka di hp menunjukan 6’C. Brrr… Langsung cari taksi untuk menuju Guilin Wagang Washe Hostel yang ternyata lokasinya strategis dengan harga yang sesuai kocek flashpacker seperti gw.

Biaya hari ini :
- Taksi hostel – Fisher Lady : RMB 50
- Taksi Fisher Lady – hotel : RMB 20
- Makan siang halal food : RMB 15
- Air mineral : RMB 4
- Tambahan tiket kereta Zhuhai – Zhuhai North : RMB 10
- Tiket kereta Zhuhai – Guangzhou : RMB 55
- Tiket kereta Guangzhou – Guilin : RMB 137,5
- Snack di Guangzhou Train Station : RMB 15
- Taksi Guilin North Station – hostel : RMB 30
- Cappucino : RMB 17
- Makan malam mie street food : RMB 7
- Guilin Wagang Washe Hostel 3 malam : RMB 75

SELAMAT DATANG DI TIONGKOK YANG PENUH TANTANGAN ! (120116)

Kemegahan Gongbei Port
Jakarta – Kuala Lumpur AK383  0830 – 11:30
Kuala Lumpur – Macau AKB186 14:55 – 18:40

Akhirnya gw berani melakukan solo traveling keluar negeri lagi setelah sekian lama, tepatnya 13 tahun pasca masa muda keliling eropa tahun 2003 silam. Iya masa muda yang sepertinya tanpa takut dan minim kekhawatiran untuk melakukan apapun termasuk bepergian sendirian, BEDA sama sekarang yang gw rasain dan ini T I O N G K O K alias C I N A yang memang perlu kesiapan mental, fisik dan pikiran ekstra untuk ngejalaninnya

Gw termasuk salah satu dari kebanyakan flashpacker lainnya yang mengandalkan Air Asia untuk mendapatkan tiket murah plus merasakan sensasi menunggu lebih dari setahun menjelang keberangkatan. Kurang lebih sebulan sebelum tanggal yang dinanti, gw sudah tentukan kemana aja selama 8 hari akan menghabiskan waktu untuk berwisata, berkelana dan berpetualang. Kota – kota yang masuk ke daftar gw adalah : Zhuhai, Guilin, Shenzhen & Macau tentunya. Tadinya mau ke Guangzhou tapi menurut info yang gw dapet, disana ga jauh beda dengan Shenzhen, tipikal kota metropolitan dengan tujuan belanja murah. Jadilah gw ganti dengan Zhuhai, sebuah kota kecil yang merupakan perbatasan antara Tiongkok dan Macau yang memiliki pantai.

Oia, gw juga sempet cari local friend melalui Couch Surfing , tujuannya bukan untuk numpang tinggal tapi untuk cari info yang lebih akurat dan dari ke-4 kota tersebut hanya dapat di Macau aja. Voila! Tantangan trip ini bertambah lagi.

Gerbang Portas de Cerco
Setibanya di Macau, gw langsung nanya ke Information Centre gimana cara termurah ke Portas de Cerco yang merupakan gerbang perbatasan di Macau. Begitu keluar bandara, langsung ke bus stop yang letaknya di tengah bagian luar area masuk. Gunakan bus no A1 turun di Passby Terrminal Maritimo kemudian lanjut naik bus no 3A atau 10B untuk lanjut ke tujuan yang dimaksud. Nah, naik bus di Macau tuh ga semudah di negara wisata lainnya. Walaupun dilengkapi dengan free wifi, namun petunjuk pemberhentian hanya tercantum kecil banget di pintu masuk, bukan di sepanjang bagian bus. Jadilah gw nyasar pas pergantian bus kedua dan harus rela mengeluarkan uang ekstra dengan menggunakan taksi dengan tarif sekali buka pintu MOP 17 karena takut telat tiba di perbatasan. Waktu yang ditempuh seharusnya ga sampai sejam, lo bisa sambil menikmati sightseeing kota Macau yang menurut gw seperti little europe dengan segala keteraturan dan romantika bentuk bangunan kuno berbaur dengan bangunan modern lengkap dengan tatanan lampu yang menyenangkan.

Dekorasi menyambut Tahun Baru Cina
Gerbang antrian kedua negara dibuka setiap harinya dari jam 07:00 hingga 24:00, jika di Macau bernama Portas de Cerco, di Tiongkok bernama Gongbei Port. Jarak antar keduanya hanya sekitar 500 m dengan berjalan kaki. Oia, dari segitu besar dan banyaknya area jalur masuk imigrasi, hanya ada 2 jalur untuk visitor selain untuk penduduk Tiongkok, Macau & Hongkong yaitu di jalur bernomor 12 & 13.

Tidak seperti di Macau yang menyediakan huruf latin (walaupun menggunakan bahasa Portugis) di berbagai petunjuk umum, di Tiongkok ini sangatlah minim dan penduduk yang bisa bahasa Inggris pun sama minimnya dan gw ga  bisa Mandarin kecuali xie xie dan ni hau ma. Ga cukup sampai disitu, gw juga baru ngeh kalo berbagai akses aplikasi & situs internet di Tiongkok diblok termasuk GMaps, GLocation, Foursquare & Chrome yang seharusnya bisa membantu gw memberikan informasi selama di Zhuhai. Arggghhh……

Salah satu tempat clubbing hits di Zhuhai
Setelah berjalan kaki sekitar 20 menit dan bertanya ke begitu banyak orang, sampailah gw di Zhuhai Ten Hostel, dengan kamar berbentuk dorm berisi 6 ranjang tingkat. Kamar ini hanya dihuni oleh 3 orang termasuk gw. Sedikit beruntung karena resepsionis nya lumayan bisa berbahasa Inggris jadi gw banyak nanya ke dia. Informasi hostel ini gw dapet melalui C-Trip yang kayaknya jadi e-commerce pilihan utama oleh banyak traveler untuk bepergian ke Tiongkok. Sesuai ekspektasi : bersih, strategis dan cukup fancy. Ga berasa dah jam 9 malam dan sudah melewati waktu malam. Menyusuri kota Zhuhai yang dingin di malam hari lumayan menyenangkan karena jarak kemana – mana ga begitu jauh.

Ga jauh dari deretan tempat makan, gw menemukan jajaran tempat clubbing dengan design bangunan & nama yang modern semisal Muse dan Club 88 yang banyak dikunjungi kaum muda Zhuhai. Distrik nya bernama Wuhou.

Biaya hari ini :
- Tiket Air Asia Jakarta – Macau PP : IDR 1,363,701
- Visa Cina 1 entry via travel agent : IDR 700,000
- Makan siang paket nasi briyani di KLIA : MYR 26
- Air Mineral di KLIA : MYR 3,5
- Bus AP1 Macau Airport – Passby Terminal Maritimo : MOP 4,2
- Bus 3A Passby Terminal Maritimo – turun taksi (dunno where) : MOP 3,2
­- Taksi ke Portas do Cerco : MOP 41
- Nescafe di vending machine Terminal Maritimo : MOP 10
- SIM card lokal plus langganan internet : RMB 85
- Makan malam nasi soup ayam porsi besar : RMB 84
- Minuman milk green tea : RMB 3,5
- Zhuhai Ten Hostel 1 malam : RMB 62