Sunday 16 March 2014

BERKELANA KE MACAU (100314)

Hari kedua kami memilih ke Macau terlebih dahulu dibanding city tour di Hong Kong, rencana berangkat dari apartemen jam 8 pagi namun apadaya karena semalam kami begadang hingga larut jadi kami berangkat jam 9.30. Untuk pertama kalinya kami mencoba naik MTR (Mass Transportation System) -yang bentuk dan sistemnya sama persis dengan MRT di Singapore- tujuan Tsim Sha Sui dan lanjut berjalan kaki cukup jauh ke China Ferry Terminal. Layaknya pemandangan di Senin pagi yang selalu ramai, saat itu kami harus rela berjibaku di antara para pekerja di Hong Kong.

Tiket Ferry Hongkong - Macau PP
dengan nama pelabuhan berbeda
Ada begitu banyak calo di China Ferry Terminal, kondisi kami saat itu terburu – buru dan tanpa sadar kami pun beli di calo karena kami kira dia petugas karcis yang sedang berdiri di depan loket lengkap berseragam. Kami membeli tiket return seharga HKD 370 padahal sesuai yang tertera di tiket totalnya hanya HKD 345. Tidak perlu mengisi kartu imigrasi saat antri di perbatasan, kami pun naik ferry jam 10 selama 1 jam. Oia no seat  letaknya ada di bagian samping bawah bangku, kami sempat bingung mencari nomor seat yang pada umumnya tertulis di bagian atas bangku. Setibanya di Macau Ferry Terminal, suasana langsung berubah. Karena negara ini sempat dijajah Portugis, informasi umum yang ada dilengkapi dengan bahasa Portugis juga. Tidak perlu menukar uang HKD ke MOP karena hampir di semua tempat perbelanjaan menerima HKD sebagai alat pembayaran.


Tongsis - an di dalam Ferry
Setibanya di negara yang merdeka pada tahun 1999 ini sangat menarik untuk dijelajahi, dengan menggunakan bus gratis lengkap dengan free wi-fi nya -yang disediakan oleh berbagai tempat kasino- terletak pas di seberang pelabuhan, kami pun langsung menuju Grand Lisboa. Karena keterbatasan waktu, kami tidak jadi berkunjung ke Macau Fisherman’s Wharf (area bermain) yang letaknya hanya bersebelahan dengan pelabuhan.

St. Dominic
Untuk pertama kalinya, kami terkesima menyaksikan sebuah tempat perjudian legal yang memang menjadi magnet tersendiri bagi para pengadu nasib. Setelah puas berphoto – photo di depan Grand Lisboa, kami berjalan kaki menuju ke alun-alun kota yang bernama Senado Square, ini adalah gambaran miniatur kota di Eropa dengan suasana deretan beberapa gedung peninggalan Portugis yang eksotis dan historis. Mulai dari gereja, bekas gedung pemerintahan hingga air mancur yang masih berdiri kokoh. St. Dominic menjadi salah satu yang menarik karena gereja tersebut berwarna kuning dan masih digunakan sebagai tempat ibadah sampai saat ini.

Egg tart di kios ini mahal loh : MOP 10
Kami memilih makan siang di McD yang letaknya tidak jauh dari air mancur, kemudian lanjut jalan sedikit menuju Ruins of St.Paul Church (sebuah bangunan bagian depan gereja yang terbakar pada tahun 1835, dibangun pada 1580) melalui jalan yang mulai mengecil, kami pun ‘disambut’ dengan berbagai toko penjual baju, suvenir dan makanan lokal khas Macau. Portugese Egg Tart menjadi makanan kecil yang pantang kami tolak saat itu, hanya dengan MOP 8/pcs kami bisa menikmatinya dengan lahap.

Ruins of St. Paul Church
Kemegahan Ruins of St. Paul Church membuat kami berdecak kagum dan betah berlama – lama disitu sambil photo – photo (tentunya) dan menikmati sejuknya udara Macau (18’C). Dengan berjalan kaki kembali menuju daerah Lisboa, kami menggunakan bus gratis menuju The Venetian via City Of Dreams yang keduanya merupakan pusat kasino terbesar. Yang membuat The Venetian menarik adalah arsitektur megah khas Venesia yang aslinya terdapat di Italia. Sederetan butik kelas atas lengkap dengan interior unik dengan langit buatan menjadi objek yang menarik untuk disimak, tak ketinggalan gondola yang hilir mudik di San Luca Canal yang letaknya di lantai 3.

Sore hari kami bergegas menuju pelabuhan menggunakan bus gratis dan karena ketidaktelitian, kami pun salah pelabuhan. Harusnya bukan ke pelabuhan tempat kami mendarat tadi tapi di tiket tertulis pelabuhan lainnya : Mo Taipa Ferry Terminal.



Salah satu sudut di
San Luca Canal, The Venetian
Dengan menggunakan kepulangan ferry jam 7 malam, kami pun kembali ke Hong Kong dengan lelah namun senang ^_^v . Setibanya di Hong Kong, kami menikmati makan malam di KFC memilih paket ber 4, biar murah tentunya. Hihihihi. Dengan MTR kami kembali menuju ke Central untuk melihat suasana malam di tempat lain, Nathan Road menjadi jalan utama yang melintas antara Mongkok dan Tsim Sha Sui (jaraknya seperti dari Jl. Sudirman - Jl.Thamrin). Karena malam sebelumnya kami melihat ‘Nathan Road’ di Mongkok jadi kami kira bisa jalan kaki dengan jarak dekat dari Central namun kami salah lagi dan kami pun harus jalan jauh selama 1 jam hingga betis berkonde. Fiuwh... Di tengah perjalanan, kami singgah di Temple Street Market yang menjajakan berbagai barang kurang lebih sama dengan di Ladies Market namun dengan harga lebih murah hingga HKD 30. Disini juga terdapat sederetan tempat makan yang menjual makanan lokal, kami tidak mampir karena masih kenyang. Oia gw juga mampir ke toko obat yang menjual murah Omega 3 berisi 4 botol @ 100 kaplet dengan harga hanya HKD 100, di Indonesia mahal loh per botolnya bisa Rp. 200 ribuan.

Karena ini konsepnya backpacker jadi kita ga clubbing sama sekali termasuk malam ini, diganti dengan masak Indomie di apartemen sekaligus bersendagurau kembali ^_^v

Pengeluaran Hari Kedua :
- Tiket Ferry Hong Kong – Macau PP : HKD 370
- Makan siang McD : MOP 38
- Egg tart 2 pcs : MOP 16
- Makan malam KFC : HKD 37
- Lip gloss (karena bibir kering efek dingin) : HKD 10
- Flash disk 8GB 5 pcs untuk oleh – oleh : HKD 50
- Magnet kulkas 5 pcs untuk oleh – oleh : HKD 75

No comments:

Post a Comment