Tuesday 18 March 2014

BERKELANA KE AVENUE OF THE STARS + DISNEYLAND HONG KONG (110314)

Di hari ketiga ini lah kami baru menyempatkan diri untuk menjelajahi Hong Kong, namun karena kocek dan waktu yang terbatas, kita harus mengurungkan niat untuk pergi ke Ngong Ping (Buddha Village) + Crystal Cabin Cable Car nya serta ke The Peak yang menawarkan pemandangan indah landscape kota Hong Kong hingga 360 derajat dari ketinggian dan tentunya kami juga membatalkan ke objek wisata yang satu area dengan The Peak yaitu Madame Tussaud yang terkenal dengan sederetan patung lilin para selebriti dunia.

Salah satu patung di
Museum of Art
Pilihan kami jatuh kepada Avenue Of The Stars yang juga menjadi salah satu maskot wisata Hong Kong, selain karena gratis (tentunya), tak sah rasanya bila tidak menyaksikan sederetan patung yang merupakan apresiasi pemerintah Hong Kong terhadap industri perfilmannya yang mendunia. Tepat jam 9 pagi kami berangkat menuju Tsim Sha Sui dengan MTR dan berjalan sedikit langsung dapat melihat terlebih dahulu Museum of Art, Space Museum, Culture Centre dan Clock Tower dengan beberapa patung karya perupa Hong Kong dengan bentuk unik lengkap dengan maknanya.

Patung Bruce Lee
Angin yang berhembus kencang tak membuat kami berhenti menyusuri kawasan yang dibangun tepat di tepi Victoria Harbour sepanjang 440 m pada tahun 1982 oleh New World Group yang kemudian dikelola pemerintah Hong Kong tersebut. Dengan panorama pelabuhan modern lengkap dengan sederetan gedung pencakar langit seperti International Commerce Centre & Bank Of China Tower yang seolah menyambut kami, membuat kami bersemangat untuk menyusuri ratusan hand-print para bintang film legendaris Hong Kong diantaranya :  Jackie Chan, Bruce Lee, Chow Yun Fat, Gong Li dan Stephen Chow. Kami pun tak ketinggalan menyempatkan diri untuk berphoto di depan patung Bruce Lee yang ternyata harus antri juga dengan para turis asal Cina dan Indonesia tentunya. Di malam hari tempat ini sangat terkenal dengan Symphony of Light yaitu pertunjukan lampu laser lengkap dengan musik pengiringnya yang dipancarkan melalui sederetan gedung – gedung tepat jam 8 malam.

MTR berinterior Disney
Puas di Avenue Of The Stars, kami langsung menuju ke tempat penjualan tiket Disneyland yang letaknya tak begitu jauh dari MTR Central yaitu di Golden Crown Guest House, disana kami memperoleh tiket lumayan murah yaitu HKD 410 dari harga aslinya HKD 450. Tidak langsung menuju ke Disneyland kedua di Asia tersebut, namun kami menikmati makan siang terlebih dahulu di Yoshinoya, Langham Place yang nyatanya menjadi tempat andalan kami karena menu dan harganya sesuai budget ^_^v .

Perjalanan menuju Disneyland sangat mudah dengan MTR dan kami pun disambut dengan MTR berinterior khas Disney pada saat pindah dari Sunny Bay menuju Disneyland Resort. Well¸menurut gw yang sudah pernah ke Disneyland Tokyo dan Universal Studio Osaka, tempat ini ga ada apa – apanya walaupun dibuka baru pada tahun 2005, bahkan jika dibandingkan dengan Dufan sekalipun. Kecewa berat dan alhasil cuma bisa menggerutu aja.

Welcome to Disneyland
Oia tidak diperkenankan membawa makanan dan minuman apalagi tikar (situ pikir situ ke Ragunan) untuk masuk ke Disneyland, agar pengunjung tidak membuang sampah sembarangan dan tentunya membeli di dalam dengan harga yang mahal, untuk yang bawa tumbler tenang aja karena banyak tempat pengisian air mineral di dalam dengan gratis.


Berikut beberapa rekomendasi permainan yang terbagi di beberapa area :

TOMORROW LAND
Tomorrow Land
- Space Mountain : roller coaster di dalam ruangan yang seolah membawa kita mengarungi angkasa
- Autopia : semacam bumper car yang cuma bisa bikin ngantuk
- Buzz Lighteryear Astro Blasters : tembak – tembakan musuh dengan sensor yang mirip seperti di Supermarket Tip Top jaman gw kecil

FANTASY LAND
Cocok buat yang masa kecilnya sering dibacain dongeng klasik Disney seperti Cinderella, Dumbo dan Snow White. Karena nyokap gw dulu seringnya ceritain tentang si Unyil (dan itu ga baca tapi nonton) jadinya gw ga ke area ini.

TOY STORY LAND
- Toy Soldier Parachute Drop : lo akan dibawa ke awang - awang terus di lepas kebawah dan di ndut-ndut in
- RC Racer : roller coaster berbentuk magnet, ini lumayan ekstrim jadi gw ga ikutan permainan ini

Ceritanya lagi tersesat
MYSTIC POINT
- Mystic Manor : duduk manis di dalem kendaraan kecil untuk melihat – lihat koleksi museum yang bisa ‘hidup’ seketika
- Garden of Wonders : terhampar beberapa trick art yang bisa membuat lo : oh-gitu-toh

GRIZZLY GULCH
- Big Grizzly Mountain Runaway Mine Cars : ini roller coaster yang menurut gw paling tidak terduga dan maksimal serunya. Iya ini aja yang bisa bikin hari gw ceria saat itu.

ADVENTURE LAND
Ini adalah area paling nyebelin, kita disuruh naik perahu nyeberang ke suatu pulau yang ada rumah Tarzan nya terus disuruh naik – naik tangga untuk menyusuri rumahnya Tarzan. Ga ada seru – serunya sama sekali dan bahkan kita balik lagi begitu sampai di rumah Tarzan ga penting itu.

Lion King
Wajib makan waffle ini
Tak ketinggalan juga untuk menyaksikan parade beberapa tokoh dari cerita Disney seperti : Winnie The Pooh, Toy Story, Lion King dan Mickey Mouse tentunya. Sambil menunggu pertunjukan kembang api tepat jam 8 malam yang sudah menjadi ritual penutupan Disneyland setiap harinya, kami duduk manis di area Main Street USA menikmati waffle berbentuk kepala Mickey Mouse dengan harga ‘cuma’ HKD 50 plus paha kalkun panggang nan besar dengan harga sama (mahalnya ya ampun). Karena ala backpacker gw cuma sanggup beli tempelan kulkas seharga HKD 45 di souvenir shop dan sangat iri hati ketika ngelihat pengunjung lain berbelanja berkantong – kantong. Grrrr….

Malam terakhir dan tentunya keuangan menipis namun bosan makan Yoshinoya-McD-KFC kami pun mengarungi beberapa tempat makan malam di sekitar Ladies Market, bukan mencari yang enak tapi mencari yang murah (penting). Tanpa sengaja kami menemukan ICHIBAN sebuah kios makanan Jepang yang menjual sushi dan bento, tak hanya murah tapi juga lezat dengan porsi yang banyak. Jadilah ini penutup yang manis malam itu.

Bergoyang di atas ranjang
Habis makan, jalan – jalan sebentar, kami pun langsung pulang ke apartemen untuk bersenda gurau dan photo – photo tentunya. Kali ini ga pakai acara bakar api unggun kok, tenang aja ^_^v

Pengeluaran Hari Ketiga :
- Makan siang Yoshinoya : HKD 42
- Tiket Disneyland : HKD 410
- Tempelan kulkas Disney : HKD 45
- Waffle & paha kalkun panggang : HKD 100
- Makan malam Ichiban : HKD 43

Sunday 16 March 2014

BERKELANA KE MACAU (100314)

Hari kedua kami memilih ke Macau terlebih dahulu dibanding city tour di Hong Kong, rencana berangkat dari apartemen jam 8 pagi namun apadaya karena semalam kami begadang hingga larut jadi kami berangkat jam 9.30. Untuk pertama kalinya kami mencoba naik MTR (Mass Transportation System) -yang bentuk dan sistemnya sama persis dengan MRT di Singapore- tujuan Tsim Sha Sui dan lanjut berjalan kaki cukup jauh ke China Ferry Terminal. Layaknya pemandangan di Senin pagi yang selalu ramai, saat itu kami harus rela berjibaku di antara para pekerja di Hong Kong.

Tiket Ferry Hongkong - Macau PP
dengan nama pelabuhan berbeda
Ada begitu banyak calo di China Ferry Terminal, kondisi kami saat itu terburu – buru dan tanpa sadar kami pun beli di calo karena kami kira dia petugas karcis yang sedang berdiri di depan loket lengkap berseragam. Kami membeli tiket return seharga HKD 370 padahal sesuai yang tertera di tiket totalnya hanya HKD 345. Tidak perlu mengisi kartu imigrasi saat antri di perbatasan, kami pun naik ferry jam 10 selama 1 jam. Oia no seat  letaknya ada di bagian samping bawah bangku, kami sempat bingung mencari nomor seat yang pada umumnya tertulis di bagian atas bangku. Setibanya di Macau Ferry Terminal, suasana langsung berubah. Karena negara ini sempat dijajah Portugis, informasi umum yang ada dilengkapi dengan bahasa Portugis juga. Tidak perlu menukar uang HKD ke MOP karena hampir di semua tempat perbelanjaan menerima HKD sebagai alat pembayaran.


Tongsis - an di dalam Ferry
Setibanya di negara yang merdeka pada tahun 1999 ini sangat menarik untuk dijelajahi, dengan menggunakan bus gratis lengkap dengan free wi-fi nya -yang disediakan oleh berbagai tempat kasino- terletak pas di seberang pelabuhan, kami pun langsung menuju Grand Lisboa. Karena keterbatasan waktu, kami tidak jadi berkunjung ke Macau Fisherman’s Wharf (area bermain) yang letaknya hanya bersebelahan dengan pelabuhan.

St. Dominic
Untuk pertama kalinya, kami terkesima menyaksikan sebuah tempat perjudian legal yang memang menjadi magnet tersendiri bagi para pengadu nasib. Setelah puas berphoto – photo di depan Grand Lisboa, kami berjalan kaki menuju ke alun-alun kota yang bernama Senado Square, ini adalah gambaran miniatur kota di Eropa dengan suasana deretan beberapa gedung peninggalan Portugis yang eksotis dan historis. Mulai dari gereja, bekas gedung pemerintahan hingga air mancur yang masih berdiri kokoh. St. Dominic menjadi salah satu yang menarik karena gereja tersebut berwarna kuning dan masih digunakan sebagai tempat ibadah sampai saat ini.

Egg tart di kios ini mahal loh : MOP 10
Kami memilih makan siang di McD yang letaknya tidak jauh dari air mancur, kemudian lanjut jalan sedikit menuju Ruins of St.Paul Church (sebuah bangunan bagian depan gereja yang terbakar pada tahun 1835, dibangun pada 1580) melalui jalan yang mulai mengecil, kami pun ‘disambut’ dengan berbagai toko penjual baju, suvenir dan makanan lokal khas Macau. Portugese Egg Tart menjadi makanan kecil yang pantang kami tolak saat itu, hanya dengan MOP 8/pcs kami bisa menikmatinya dengan lahap.

Ruins of St. Paul Church
Kemegahan Ruins of St. Paul Church membuat kami berdecak kagum dan betah berlama – lama disitu sambil photo – photo (tentunya) dan menikmati sejuknya udara Macau (18’C). Dengan berjalan kaki kembali menuju daerah Lisboa, kami menggunakan bus gratis menuju The Venetian via City Of Dreams yang keduanya merupakan pusat kasino terbesar. Yang membuat The Venetian menarik adalah arsitektur megah khas Venesia yang aslinya terdapat di Italia. Sederetan butik kelas atas lengkap dengan interior unik dengan langit buatan menjadi objek yang menarik untuk disimak, tak ketinggalan gondola yang hilir mudik di San Luca Canal yang letaknya di lantai 3.

Sore hari kami bergegas menuju pelabuhan menggunakan bus gratis dan karena ketidaktelitian, kami pun salah pelabuhan. Harusnya bukan ke pelabuhan tempat kami mendarat tadi tapi di tiket tertulis pelabuhan lainnya : Mo Taipa Ferry Terminal.



Salah satu sudut di
San Luca Canal, The Venetian
Dengan menggunakan kepulangan ferry jam 7 malam, kami pun kembali ke Hong Kong dengan lelah namun senang ^_^v . Setibanya di Hong Kong, kami menikmati makan malam di KFC memilih paket ber 4, biar murah tentunya. Hihihihi. Dengan MTR kami kembali menuju ke Central untuk melihat suasana malam di tempat lain, Nathan Road menjadi jalan utama yang melintas antara Mongkok dan Tsim Sha Sui (jaraknya seperti dari Jl. Sudirman - Jl.Thamrin). Karena malam sebelumnya kami melihat ‘Nathan Road’ di Mongkok jadi kami kira bisa jalan kaki dengan jarak dekat dari Central namun kami salah lagi dan kami pun harus jalan jauh selama 1 jam hingga betis berkonde. Fiuwh... Di tengah perjalanan, kami singgah di Temple Street Market yang menjajakan berbagai barang kurang lebih sama dengan di Ladies Market namun dengan harga lebih murah hingga HKD 30. Disini juga terdapat sederetan tempat makan yang menjual makanan lokal, kami tidak mampir karena masih kenyang. Oia gw juga mampir ke toko obat yang menjual murah Omega 3 berisi 4 botol @ 100 kaplet dengan harga hanya HKD 100, di Indonesia mahal loh per botolnya bisa Rp. 200 ribuan.

Karena ini konsepnya backpacker jadi kita ga clubbing sama sekali termasuk malam ini, diganti dengan masak Indomie di apartemen sekaligus bersendagurau kembali ^_^v

Pengeluaran Hari Kedua :
- Tiket Ferry Hong Kong – Macau PP : HKD 370
- Makan siang McD : MOP 38
- Egg tart 2 pcs : MOP 16
- Makan malam KFC : HKD 37
- Lip gloss (karena bibir kering efek dingin) : HKD 10
- Flash disk 8GB 5 pcs untuk oleh – oleh : HKD 50
- Magnet kulkas 5 pcs untuk oleh – oleh : HKD 75

BERKELANA KE HONG KONG (090314)

Hong Kong merupakan salah satu negara non ASEAN di Asia yang selalu jadi incaran para backpacker pemula termasuk gw (selain Korea dan Jepang) dan akhirnya kesempatan itu datang juga. Kesempatan dalam arti dapet tiket murah walaupun harus menunggu 11 bulan sejak tanggal pembelian tiket Air Asia yang selalu berjasa bagi para backpacker. Hehehehe… Tercetak di tiket, tanggal pembelian adalah 2 April 2013 seharga Rp.1,6juta-an dan gw berangkat bersama teman – teman tanggal 9 – 12 Maret 2014. Mulai dari menghitung bulan demi bulan lanjut hari demi hari dan jam ke jam, sampai akhirnya tiba pada sebuah subuh gw dan ketiga teman : Riyan, Abie dan Monna berkumpul di Terminal 3 Soe-Ta jam 4.30 menunggu flight jam 06.25.

Karena berpergian lebh dari 2 orang dan banyak kemauan, maka penting bagi kami untuk menyepakati 2 hal : anggaran + aktifitas dan semuanya sudah kami lakukan sebelum berangkat. Karena ini ala backpacker, jadi kami mencari berbagai info apa saja yang bisa memangkas pengeluaran, termasuk hotel dan makan. Akhirnya kami putuskan untuk memilih sewa apartemen yang terletak di Reclamation Street seharga Rp.900 ribuan semalam, lokasinya cukup strategis di daerah Mongkok yang merupakan salah satu pusat keramaian di Hong Kong, yang memungkinkan untuk kami berjalan kaki menuju pusat keramaian.

Seperti halnya menggunakan Air Asia, kami pun ‘wajib’ transit di Kuala Lumpur dengan waktu 3,5 jam di Low Cost Carrier Terminal (LCCT) yang minim ‘pemandangan’ indah. Hahahahaha. Akhirnya diputuskanlah untuk menunggu di Dunkin Donuts lantai atas, tempatnya enak karena bersebelahan dengan toilet dan smoking room yang kebetulan saat itu sedang tidak begitu ramai. Kami menikmati makan siang di pesawat yang sudah di pesan melalui pre booked meals­ dan berusaha melakukan berbagai aktifitas kreatif di pesawat selama 4 jam karena minimnya entertainment system di Air Asia : Cek gadget, nonton di gadget, tidur, dan seterusnya ^-^v

Tiba di Hongkong 20 menit lebih awal yaitu 16.50, proses imigrasi pun mudah dan kita sempet kesel kenapa ga ada cap imigrasi ‘Hong Kong’ sama sekali di passport karena sistem yang mereka pakai berbeda, kan jadi ga ada kenang – kenangan. Hahaha.. Hal pertama yang kami lakukan adalah mencari outlet Disneyland karena sesuai info yang kami dapat kalau beli tiket di outlet Disneyland bandara bisa lebih murah tapi ternyata sama aja HKD 450.

Ada banyak cara untuk menuju tengah kota, termurah menggunakan bus umum yang hanya menerima pembayaran dengan menggunakan Octopus Card (kartu permbayaran serba guna yang bisa dibeli di bandara HKD 100 + deposit HKD 50) atau uang pas HKD 33. Petunjuk arah yang jelas memudahkan kami untuk menemukannya, kami turun di Mongkok dengan bus no A21 dengan waktu sekitar 40 menit, sambil menunggu sang pemilik apartemen hal yang kami lakukan adalah : photo – photo dengan tongsis yang ternyata masih awam di Hong Kong dan kami pun menjadi pusat perhatian sampai orang Hong Kong pun pengen photo bareng kita loh ^_^v

Ketemu temennya Abie di Mongkok
Setelah menaruh barang – barang di apartemen, kami pun berkelana menikmati suasana Minggu malam di Mongkok, karena hari libur jadi banyak sekali para TKW Indonesia yang berselieran dimana – mana dengan logat yang khas dan tentunya dengan dandanan ala artis asia hingga rambut warna – warni. Dengan berjalan kaki malam itu, tempat pertama yang kami cari adalah food court untuk makan malam dan Langham Place, yang merupakan salah satu mall terbesar disitu menjadi incaran kami. Sama seperti orang Indonesia yang bepergian ke luar negeri, pasti langsung gagal fokus pas lihat logo H&M dan sejenisnya, kami pun mampir kesana untuk membandingkan harga dan kecewa kok lebih mahal di Hong Kong ya. Karena budget makan gw maksimal HKD 40 maka yang cocok dengan kocek adalah Yoshinoya, lumayan bikin kenyang dan siap jalan – jalan tentunya.


Sederetan lampu – lampu berkerlap kerlip khas nuansa urban sebuah kota modern didominasi tulisan mandarin yang semuanya tidak kami mengerti --" lengkap dengan berbagai pertunjukan seniman jalanan yang beraksi meraih simpati orang – orang yang lewat, kebanyakan dari mereka berkaraoke dengan suara dan perlengkapan alakadarnya. Di sepanjang Yeung Choi Street banyak terdapat toko yang menawarkan berbagai barang elektronik. Ladies Market dan Sneakers Street menjadi tujuan utama malam itu, Ladies Market menawarkan berbagai macam barang keperluan yang bukan hanya untuk wanita : casing HP, oleh – oleh, baju dan sebagainya. Tapi jika dibandingkan dengan Temple Street Market yang kami kunjungi keesokannya, perbedaaan harganya cukup banyak loh. Sebagai contoh untuk flash-disk di Ladies Market bisa mencapai HKD 26, sedangkan di Temple Street hanya HKD 10. Sneakers Street menawarkan berbagai macam merk sepatu asli dengan diskon dimana – mana

Monna dengan cilok termahal di dunia
Sementara yang lain berbelanja, gw dan Riyan mencari – cari street local food yang selalu gw incar pada saat bepergian ke sebuah negara, akhirnya kita coba mencicipi semacam bakso ikan yang ditaruh di sebuah mangkok (semacam cilok) and you know what itu mahal banget loh harganya HKD 30 (Rp.45rb) terus kita bergeser ke warung sebelahnya untuk cek harga jus dan ga jadi beli karena untuk jus mangga aja harganya HKD 25 . Grrrrr…. Sekitar jam 11 malam, kita kembali ke apartemen untuk bersenda gurau.

Oia gw ga merasa perlu untuk membeli SIM card lokal karena hampir di semua tempat menyediakan layanan free wifi dan bagi yang merokok, tenang aja karena hampir semua tempat bebas untuk merokok loh ^-^v


Pengeluaran Hari Pertama :
- Ice Choco Dunkin Donuts LCCT : RM 8,6
- Octopus Card : HKD 150
- Makan Malam Yoshinoya : HKD 38
- Cilok Ikan : HKD 30
- Air Mineral di 711 : HKD 11,2