Wednesday 4 February 2015

JAZZ MASA KINI YANG SUDAH MENJADI MASA LALU

Geliat industri musik jazz generasi muda tanah air mendapatkan masa kulminasi tertinggi antara tahun 2003 – 2007. Kesuksesan popularitas musik jazz saat itu tidak lepas dari peran penting beberapa aspek berikut :

-    Munculnya genre musik jazz baru yang secara umum disebut Nu Jazz mampu membuat pendengar muda tidak sadar dan tidak merasa konservatif menggunakan kata ‘jazz’ sebagai musik yang kekinian. Nu Jazz sendiri lahir dan berkembang sekitar tahun 90an di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa seperti Inggris, Perancis dan Jerman. Meramu musik jazz dengan berbagai sentuhan musik genre lainnya maupun musik eletronik yang lahir seiring berkembangnya teknologi saat itu seperti : funk, soul, electronic dance music dan house. Musisi yang dikenal sebagai trend-setter musik tersebut diantaranya : Koop (Swedia), Jazzanova (Jerman) dan Kyoto Jazz Massive (Jepang).
 
Jazzanova
-        Di awal tahun 2000-an beberapa musisi muda asal Indonesia yang kembali ke tanah air selepas menimba ilmu di salah satu institusi musik terbaik dunia yaitu Berklee College of Music (Boston & Kuala Lumpur) turut memberikan angin segar terhadap musik Nu Jazz tanah air, sebut saja SOVA yang sukses merilis 2 album : Tempo Tantrum (2003) dan Selayang Jingga (2005). Terdiri dari 2 personel yaitu Lawrence Aswin & Edward Fernandez dengan menyertakan beberapa musisi muda Indonesia untuk mengisi lini vokal seperti : Tompi, Andien, Renita, Marcell dan Soulmate. Tidak hanya secara audio, mereka sukses memperkenalkan formasi off air dalam bentuk Live PA yaitu : DJ + synthesizer, bass elektronik, flute dan vokal. Album perdana mereka pun sempat didaulat sebagai salah satu nominasi Best Dance/House/Electonic Music di Penghargaan Anugerah Musik Indonesia 2003. Kesuksesan ini tidak diikuti dengan ketidaksolidan kedua personelnya, sekitar 2006 mereka memutuskan untuk bersolo karier. Lawrence Aswin sempat membuat band beraliran serupa bernama WARRIORS OF MANGA bersama DJ Sushiplatter (DJ), Glen Dauna (keyboard), J Mono (bass), Rayendra (drum) dan Dira Sugandi (vokal) sedangkan Edward Fernandez bersolo karier dengan brand baru bernama ANDEZZZ [Departure People] yang merilis 3 album : Movin On (2007), Only You (2010), Electric Love3 (2013) serta beberapa single yang dirilis secara indie melalui label Laxity Records asal Amerika Serikat . Kabar baik hadir di penghujung 2014 dengan format reuni serta merilis single ‘Right Here With You’.

SOVA (2015)
Musisi lain yang juga memiliki peranan penting dalam memperkenalkan musik Nu Jazz ke Indonesia adalah Rayendra Sunito (drum, bass elektrik, gitar akustik) yang membentuk PARKDRIVE bersama kedua rekannya : Juno Adhi (keyboard, synthesizer, trumpet) dan Mikuni Gani (vokal) secara sukses merilis album perdana self-titled pada tahun 2005 yang didaulat menjadi ‘Exclusive Artist of The Month’ edisi Agustus oleh MTV dan menghasilkan penjualan hingga 3,000 keping CD di bulan pertama rilisnya. Sayangnya group ini pun vakum selepas posisi vokal sempat digantikan oleh Olive Latuputty dan merilis single ‘Biarkan’ (2007). Walaupun sempat tampil dalam format reuni pada 2011 di event Sunday Jazz Festival, Ancol & Jazz Goes To Campus, Depok agaknya kesolidan group ini juga patut dipertanyakan.
 
Formasi Terakhir PARKDRIVE : Juno - Olive - Rayendra
-   Kehadiran SOVA & PARKDRIVE sejak itu membuat musisi Indonesia semakin berani berkesplorasi dan berkarya di genre musik ini hingga melahirkan sebuah album bertajuk Jazz Masa Kini, The New Wave of Indonesian Jazz yang bisa dibilang sebagai etalase dan katalog musik Nu Jazz saat itu, rilis pada tahun 2007 menghadirkan 11 karya dari : Indra Aziz, Shelomita And Opustre Big Band, Bobb Quartet, Imam Pras Quartet (IPQ), Mian Tiara with Riza Arshad & Ricky Lionardi, Parkdrive, Nial Djuliarso Duo, Rifka,6th Element, Tomorrow People Ensemble dan Sequoia. Dirilis oleh salah satu label indie terkemuka Aksara Record, saya masih ingat betul suasana sore hari yang bersahaja dan meriah saat launching album yang diadakan di halaman belakang kantor Aksara Record di Kemang.

Cover Album Jazz Masa Kini
-       Karya yang indah, tidak akan berhasil diperkenalkan secara luas kepada masyarakat tanpa peran serta radio dan televisi. Begitu banyak radio di beberapa kota besar yang banyak memutar sederetan lagu dengan genre baru tersebut dengan menyediakan slot merata bersamaan dengan genre populer yang sudah ada. Lain lagi dengan televisi, saya masih ingat betul MTV saat masih menjadi parameter musik di Indonesia sebagai media komersil yang menayangkan berbagai musik yang tidak komersil sekalipun termasuk karya musisi – musisi Nu Jazz yang juga memiliki kualitas klip yang segar dan unik, diantaranya deretan video klip dari White Shoes & The Couple Company dan Sore yang sukses meramu musik era 70an ke dalam musik jazz. Kehadiran MTV di Indonesia pun tidak berlangsung lama, mulai mengudara sejak tahun 1993 dan resmi ditutup tahun 2011 setelah berpindah dari ANTV ke Global TV. MTV emang Gue Banget bahkan untuk kualitas tayangan saat ini pun, belum ada stasiun TV yang menghadirkan kualitas musik sebaik MTV.

-         Industri event dalam format festival pun juga mulai berani melirik musik jazz sebagai lahan menguntungkan, tentunya dengan menyeimbangkan idealisme dan komersialitas, diantaranya : Internasional Java Jazz Festival (2005 – sekarang) yang tak tanggung – tanggung di edisi perdananya langsung menghadirkan 1,405 musisi yang tampil di 11 panggung dengan berbagai genre jazz berbeda serta mampu mendatangkan sekitar 47 ribu pengunjung saat itu, hingga saat ini maju dan berkembang sebagai festival jazz terbesar di dunia. Tak ketinggalan dengan Jazz Goes to Campus (1978 – sekarang) yang secara konsisten hadir setiap tahunnya sebagai festival musik jazz tertua di dunia setelah North Sea Jazz Festival, Belanda. Geliat musik jazz saat itu juga sempat ‘membangkitkan’ kembali salah satu festival musik jazz tertua tanah air yaitu International Jakarta Jazz ‘Jak Jazz’ Festival (1988, 1993 – 1997, 2006 – 2008, 2010, 2012, 2014). Walaupun dikenal sebagai festival musik jazz konvensional, Jak Jazz juga berani menghadirkan musisi Nu Jazz seperti Bugz In The Attic & Monday Michiru di tahun 2007 serta Kyoto Jazz Massive di tahun 2008.
Official Poster Jak Jazz 2008

Trend distribusi melalui digital store ataupun social media saat ini tidak mampu mengembalikan kejayaan masa itu. Trend musik memang berputar dan saya sebagai penikmat musik, tidak sabar berada di titik putaran itu kembali.

Salam Musik Indonesia (yang sehat lahir dan batin).