Tuesday 27 January 2015

Penolakan Aplikasi Visa Korea Selatan Dengan Syarat Yang Tidak Masuk Akal

Akhirnya merasakan juga gimana ga enaknya Visa ditolak dan yang paling ga asik adalah dari sebuah negara di Asia bernama Korea Selatan yang 2010 – 2012 lalu gencar mempromosikan dirinya lewat VISIT KOREA.

Rencana ke Korea Selatan sebenarnya sudah ada sejak beberapa tahun lalu, apalagi gw dipercayakan memandu beberapa acara yang diadakan Korea Tourism Organization (KTO) sejak 2010 jadi banyak hal yang akhirnya memotivasi gw untuk pergi kesana. Langkah pertama kali tentunya dengan membeli tiket promo Air Asia seharga Rp. 3,7 juta PP sekitar 10 bulan sebelum keberangkatan 3 – 10 Februari 2015.

Segala persyaratan sudah gw penuhi termasuk yang tidak masuk akal sekalipun : Ijazah terakhir dan BPKP salah satu kendaraan. Ada yang bisa bantu jelaskan konklusinya apa? Visa gw ditolak lantaran tidak bisa melampirkan SPT Tahun 2012-2013, lewat sesi wawancara gw sudah jelaskan bahwa perusahaan gw baru keluar SIUP 2 bulan lalu jadi tidak mungkin ada SPT dan sebagai individu gw tidak berkewajiban melaporkan pajak karena pekerjaan gw adalah ‘seniman’. Gw sangat merasa terhina dengan tidak diberikan spasi untuk berargumen. ‘Terhina’ bukan kata yang berlebihan karena gw sudah melampirkan berkas lain yang lebih masuk akal : lampiran tiket pesawat, konfirmasi hotel dan bukti keuangan yang lebih dari cukup nilainya. Hanya karena SPT saja semua jadi berantakan? Yang tidak ada hubungannya dengan kepentingan Korea Selatan sebagai negara yang dikunjungi. Atau ada yang bisa jelaskan?

Passpor gw yang terdapat Visa Inggris, Jepang dan Arab pun tidak dijadikan pertimbangan oleh Pihak Kedutaan. Pekerjaan gw yang pernah memandu beberapa acara KTO pun tidak digubris. Anehnya lagi teman gw yang lain kok tidak ada masalah sama sekali. Apakah ada yang namanya random checking?

Sebegitu rendah nya kah ‘nilai’ warga negara Indonesia dihadapan Korea Selatan sampai harus dibuat rumit dengan hal tidak masuk akal sekalipun?  Atau memang birokrasi yang alot antar pemerintah?

Masih ada negara lain yang lebih penting dan berguna untuk dikunjungi. Apa gunanya promo VISIT KOREA? Kalau segala sesuatu dipersulit dengan syarat tidak masuk akal? Apa karena sudah berhasil menarik lebih dari cukup wisatawan lantas jadi pongah untuk menerima kunjungan? 

Sunday 11 January 2015

Menjelajahi Kawasan Pecinan, Jakarta

Bosan dengan mall, weekend ini gw menghabiskan waktu berkunjung ke kawasan Glodok atau biasa disebut ‘Pecinan’ untuk mencari sesuatu yang tidak gw rencanakan sebelumnya, buat gw ‘kejutan’ memiliki sensasi tersendiri. Memang paling pas menggunakan sepeda motor untuk menghindari kemacetan sekaligus bisa melewati berbagai jalan tikus yang konon banyak hal ‘tersembunyi’ di dalamnya.
Menyambut kedatangan Tahun Kambing
Setibanya disana, perut langsung memberi isyarat untuk diisi. Yap! Tujuan pertama adalah mencari tempat makan siang yang enak, ada sebuah jalan kecil bernama Pancoran yang terdapat beberapa kedai menggiurkan, konon tidak ada makanan cina yang tidak enak. Jadi bingung kan mau pilih yang mana, akhirnya memasuki sebuah tempat bernama ‘Lao Hoe’ karena tertarik dengan tempatnya yang bersih, tertata dan masih mempertahankan interior kunonya. Menu yang ditawarkan : Laksa Betawi, Bakmi Khas Belitung dan Ayam Goreng. Melirik meja yang lain kebanyakan memilih laksa, gw pun langsung memesan makanan yang sama. Tanpa maksud berlebihan, laksa yang dibanderol hanya seharga Rp.15 rb/porsi ini memiliki rasa yang pas banget : perpaduan antara santan, kemangi, ayam suir, bumbu kuning dan tentunya sejumput resep rahasia berhasil berbaur sempurna di lidah gw. Cempedak goreng tepung pun menjadi hidangan penutup yang pas. Slurrppp...
Enak, murah dan tanpa bahan pengawet
Berjalan kaki terasa tidak lelah karena disuguhi pemandangan berupa sederetan toko obat tradisional cina, cemilan khas dan nampaknya para pedagang sudah mulai menjajakan pernak – pernik Tahun Baru Cina yang akan berlangsung bulan Februari mendatang.
Gedung Chandra
Ada sebuah gedung besar yang menarik dan langsung gw masuki, namanya Gedung Chandra. Tak jelas gedung ini dibangun tahun berapa, informasi yang gw dapatkan di internet pun tidaklah memadai. Masih ada tanda – tanda kejayaan di dalamnya. Di dalam gedung ini dulunya terdapat 2 studio bioskop dan sebuah aula pertunjukan besar di lantai 2. Masih terlihat pelataran panggung lengkap dengan tirai raksasanya yang saat ini digunakan untuk arena bermain ding dong klasik dan tempat penjualan furniture khas oriental. Rasa kaget gw pun tidak berhenti sampai disitu, naik ke lantai 3 gw mendengar suara musik berkumandang, tak hanya musik namun ada suara parau sedang bernyanyi. Wah ternyata ada yang lagi karaoke di food court. SERU BANGET!! Hahahahaha. Tak jauh dari situ, gw melanjutkan ‘petualangan’ gw dan ternyata ada 2 tempat karaoke lainnya. Nampaknya sudah menjadi rutinitas harian bagi warga keturunan untuk relaksasi atau sekedar menghabiskan waktu sambil melestarikan tradisi turun – temurun.

Karaoke dan berdansa
Tak lengkap rasanya jika berkunjung ke daerah pecinan tidak melihat wihara yang menjadi salah satu saksi sejarah perjalanan kehidupan warga keturunan di Jakarta. Wihara Dharma Sakti atau yang bernama Jin De Yuan merupakan tempat ibadah umat Budha yang dibangun pada tahun 1938 dan terletak di Jl Petak Sembilan. Masih berdiri kokoh lengkap dengan ornament khas termasuk patung besar perlambang kemakmuran yang ‘menyapa’ di gerbang masuk area dalam.
 
Wihara Dharma Sakti
Sekitar jam 4 sore gw kembali ke rumah dan weekend kali ini pun berakhir manis dengan pengalaman baru dan seru.