Selain dikenal sebagai surga belanja, Shenzhen juga memiliki beberapa objek
wisata yang kerap menjadi tujuan ‘wajib’ bagi para pelancong, diantaranya :
Window Of The World & Splendid China Folk Village. Namun, gw memutuskan
untuk tidak pergi ke semuanya. Berdasarkan informasi yang gw dapat, kedua
tempat ini sudah lama tidak direnovasi sehingga menyebabkan banyak spot yang
kotor dan tutup sementara plus harga tiket masuk yang lumayan mahal yaitu RMB
180 untuk ke masing – masing tempat.
Modern Toilet Resto yang masig menampilkan menu |
Mumpung ada travel partner yang asik dan mempunyai offline maps di iphone
nya (gw pake Android), akhirnya mengajak Suzie untuk mencari keunikan yang gratis
dan menyenangkan dengan berjalan kaki, berharap menemukan sesuatu yang ga umum
dan ga diduga. Malam sebelumnya gw sempet janjian dengan backpacker asal
Indonesia untuk bertemu di Modern Toilet
Resto di Dongmen, namun ternyata mereka ga bisa dihubungi mungkin karena
kuota internetnya habis atau mungkin khilaf belanja >.<
Kami kembali berjalan kaki menuju Dongmen untuk hunting dimana lokasi
Modern Toilet Resto yang merupakan franchise asal Taiwan, dibangun sejak 2008
dengan dekorasi unik sesuai namanya. Mulai dari tempat duduk yang berbentuk kloset
lengkap dengan makanan yang dibentuk seperti ‘pup’ namun dengan cita rasa yang
enak dan khas. Rasa penasaran kami langsung buyar ketika mendapati restoran
tersebut ternyata baru saja tutup, ntah untuk renovasi atau pindah lokasi. Tidak
ada informasi yang tertempel di pintu masuk. Kami masih bisa masuk ke dalam dan
menyaksikan beberapa ‘peninggalan’ dekorasi yang terbagi di lantai 2 dan 3, Jiefanlu
Buliding tersebut.
Life Jacket Vending Machine |
Sebelum lanjut menjelajahi tempat lainnya, kami mencari tempat makan
termurah namun enak dan mata kami tertuju kepada sebuah tempat serupa warteg
yang ramai antrian. Hanya dengan membayar RMB 12 gw dapat menikmati sepiring
nasi, udang dan sayuran plus sambel yang enak banget. Slurppp.
Selain mengumpulkan photo manequin, Suzie juga hobi mengoleksi beberapa tanda
pengumuman yang salah pengejaan Bahasa Inggris. Tadinya gw ga ngeh, tapi
ternyata lumayan banyak dan lucu banget. Ada ‘No Burning’ yang seharusnya ‘No Smoking’ plus vending machine
bertuliskan ‘Life Jacket’ yang
ternyata berisikan kondom serharga RMB 1 !
Pengemis yang beralaskan spring bed >.< |
Kami sempat mampir ke salah satu coffee shop terkenal asal Taiwan yaitu 85' Bakery Cafe untuk membeli kopi sebagai teman berjalan kaki menyusuri Shenzhen di hari Minggu, sambil melihat kebiasaan
hidup orang setempat sangat menyenangkan. Potret kehidupan kota metropolitan
yang selalu ada kesenjangan, si kaya yang gadget dan bajunya terkini dan si
miskin yang terlantar. Bedanya orang miskin di Shenzhen dan di Jakarta bisa
terlihat dari alas tidur, jika di Jakarta hanya beralaskan koran, di Shenzhen
minimal kasur tipis bahkan spring bed yang di sebelahnya ada koper butut tempat
mereka menyimpan pakaian. Kalo di Indonesia kan cukup dengan kardus atau
plastik bekas aja.
Bermain kartu bersama wanita - wanita cantik |
Gw selalu suka menghabiskan waktu di taman, menikmati suasana yang tenang
dengan oksigen yang sangat menyegarkan. Setelah berjalan kaki sekitar 20 menit
melintasi area residensial, kami menemukan taman yang cukup besar bernama Shenzhen Renmin Park, dibangun pada
tahun 1983 yang memiliki luas 10,08 hektar termasuk di dalamnya terdapat danau
buatan 2,1 hektar. Secara garis besar, taman ini terbagi menjadi 4 area : Area
Bersantai, Area Ibadah, Area Olahraga dan Area Budidaya Mawar. Di area bersantai
terdapat beberapa orang tua yang sedang bermain kartu dan melantunkan nyanyian
mandarin klasik. Area Ibadah terdapat gedung semacam chapel dan gedung pernikahan
kecil. Taichi dan memancing di danau menjadi aktifitas yang dominan dilakukan
di Area Olahraga. Walaupun musim dingin, namun gw masih bisa melihat beberapa
bunga mawar berbagai jenis yang mekar dengan sempurna. Ada begitu banyak
penghargaan yang disematkan oleh pemerintah atas kesuksesan pengeloaan taman
ini, salah satunya pada tahun 2013 lalu mendapat predikat ‘The Best Botanical Garden’ oleh Chinese Association of Parks.
Happy sunset |
Puas menghabiskan waktu di taman dengan bonus sunset di atas jalan layang
sewaktu berjalan kaki kembali ke Dongmen, membuat hari ini menjadi sempurna. Karena
ini malam terakhir gw di Tiongkok, gw berniat untuk makan sepuasnya. Ada 1 area
khusus semacam food court yang sangat besar menghidangkan berbagai suguhan
lokal termasuk makanan halal. Pilihan gw tertuju pada nasi goreng sayur khas
Shenzhen, plus menikmati sepuas – puasnya 2 sate cumi yang besar.
Sekitar jam 9 malam, kami kembali ke hotel sambil berjalan kaki menikmati
es krim yang kami beli di 711. Oia, akhirnya gw pindah ke kamar bawah yang
kasurnya lebih empuk dan bukan dari besi reyot dengan menambah beberapa Yuan.
Saatnya untuk packing dan pasang alarm untuk besok paginya berpetualang menuju
Macau.
Biaya hari ini :
- Upgrade kamar hostel : RMB 10
- Makan siang : RMB 12
- Minuman : RMB 3.5
- Coffee : RMB 15
- Makan malam : RMB 10
- Sate Cumi : RMB 10
- Ice Cream : RMB 14.5