Geliat industri musik jazz
generasi muda tanah air mendapatkan masa kulminasi tertinggi antara tahun 2003
– 2007. Kesuksesan popularitas musik jazz saat itu tidak lepas dari peran
penting beberapa aspek berikut :
- Munculnya genre musik jazz baru yang secara umum
disebut Nu Jazz mampu membuat
pendengar muda tidak sadar dan tidak merasa konservatif menggunakan kata ‘jazz’
sebagai musik yang kekinian. Nu Jazz
sendiri lahir dan berkembang sekitar tahun 90an di Amerika Serikat dan beberapa
negara Eropa seperti Inggris, Perancis dan Jerman. Meramu musik jazz dengan
berbagai sentuhan musik genre lainnya maupun musik eletronik yang lahir seiring
berkembangnya teknologi saat itu seperti : funk,
soul, electronic dance music dan house.
Musisi yang dikenal sebagai trend-setter
musik tersebut diantaranya : Koop (Swedia), Jazzanova (Jerman) dan Kyoto Jazz
Massive (Jepang).
- Di awal tahun 2000-an beberapa musisi muda asal
Indonesia yang kembali ke tanah air selepas menimba ilmu di salah satu
institusi musik terbaik dunia yaitu Berklee College of Music (Boston &
Kuala Lumpur) turut memberikan angin segar terhadap musik Nu Jazz tanah air, sebut saja SOVA
yang sukses merilis 2 album : Tempo Tantrum (2003) dan Selayang Jingga (2005).
Terdiri dari 2 personel yaitu Lawrence Aswin & Edward Fernandez dengan
menyertakan beberapa musisi muda Indonesia untuk mengisi lini vokal seperti :
Tompi, Andien, Renita, Marcell dan Soulmate. Tidak hanya secara audio, mereka
sukses memperkenalkan formasi off air
dalam bentuk Live PA yaitu : DJ + synthesizer, bass elektronik, flute dan
vokal. Album perdana mereka pun sempat didaulat sebagai salah satu nominasi
Best Dance/House/Electonic Music di Penghargaan Anugerah Musik Indonesia 2003.
Kesuksesan ini tidak diikuti dengan ketidaksolidan kedua personelnya, sekitar
2006 mereka memutuskan untuk bersolo karier. Lawrence Aswin sempat membuat band
beraliran serupa bernama WARRIORS OF
MANGA bersama DJ Sushiplatter (DJ), Glen Dauna (keyboard), J Mono (bass),
Rayendra (drum) dan Dira Sugandi (vokal) sedangkan Edward Fernandez bersolo
karier dengan brand baru bernama ANDEZZZ [Departure People] yang merilis
3 album : Movin On (2007), Only You (2010), Electric Love3 (2013) serta
beberapa single yang dirilis secara indie melalui label Laxity Records asal
Amerika Serikat . Kabar baik hadir di penghujung 2014 dengan format reuni serta
merilis single ‘Right Here With You’.
Musisi lain
yang juga memiliki peranan penting dalam memperkenalkan musik Nu Jazz ke Indonesia adalah Rayendra
Sunito (drum, bass elektrik, gitar akustik) yang membentuk PARKDRIVE bersama kedua rekannya : Juno Adhi (keyboard,
synthesizer, trumpet) dan Mikuni Gani (vokal) secara sukses merilis album
perdana self-titled pada tahun 2005
yang didaulat menjadi ‘Exclusive Artist of The Month’ edisi Agustus oleh MTV
dan menghasilkan penjualan hingga 3,000 keping CD di bulan pertama rilisnya.
Sayangnya group ini pun vakum selepas posisi vokal sempat digantikan oleh Olive
Latuputty dan merilis single
‘Biarkan’ (2007). Walaupun sempat tampil dalam format reuni pada 2011 di event Sunday Jazz Festival, Ancol & Jazz Goes To Campus, Depok agaknya
kesolidan group ini juga patut dipertanyakan.
![]() |
SOVA (2015) |
- Kehadiran SOVA & PARKDRIVE sejak itu membuat
musisi Indonesia semakin berani berkesplorasi dan berkarya di genre musik ini hingga melahirkan sebuah
album bertajuk Jazz Masa Kini, The New
Wave of Indonesian Jazz yang bisa dibilang sebagai etalase dan katalog
musik Nu Jazz saat itu, rilis pada
tahun 2007 menghadirkan 11 karya dari : Indra
Aziz, Shelomita And Opustre Big Band, Bobb Quartet, Imam Pras Quartet (IPQ),
Mian Tiara with Riza Arshad & Ricky Lionardi, Parkdrive, Nial Djuliarso
Duo, Rifka,6th Element, Tomorrow People Ensemble dan Sequoia. Dirilis oleh salah satu label
indie terkemuka Aksara Record, saya masih ingat betul suasana sore hari yang
bersahaja dan meriah saat launching
album yang diadakan di halaman belakang kantor Aksara Record di Kemang.
![]() |
Cover Album Jazz Masa Kini |
- Karya yang indah, tidak akan berhasil
diperkenalkan secara luas kepada masyarakat tanpa peran serta radio dan
televisi. Begitu banyak radio di beberapa kota besar yang banyak memutar
sederetan lagu dengan genre baru tersebut dengan menyediakan slot merata
bersamaan dengan genre populer yang sudah ada. Lain lagi dengan televisi, saya
masih ingat betul MTV saat masih menjadi parameter musik di Indonesia sebagai
media komersil yang menayangkan berbagai musik yang tidak komersil sekalipun
termasuk karya musisi – musisi Nu Jazz
yang juga memiliki kualitas klip yang segar dan unik, diantaranya deretan video
klip dari White Shoes & The Couple
Company dan Sore yang sukses
meramu musik era 70an ke dalam musik jazz. Kehadiran MTV di Indonesia pun tidak
berlangsung lama, mulai mengudara sejak tahun 1993 dan resmi ditutup tahun 2011
setelah berpindah dari ANTV ke Global TV. MTV emang Gue Banget bahkan untuk
kualitas tayangan saat ini pun, belum ada stasiun TV yang menghadirkan kualitas
musik sebaik MTV.
- Industri event dalam format festival pun juga mulai berani melirik musik jazz sebagai lahan menguntungkan, tentunya
dengan menyeimbangkan idealisme dan komersialitas, diantaranya : Internasional Java Jazz Festival (2005
– sekarang) yang tak tanggung – tanggung di edisi perdananya langsung
menghadirkan 1,405 musisi yang tampil di 11 panggung dengan berbagai genre jazz
berbeda serta mampu mendatangkan sekitar 47 ribu pengunjung saat itu, hingga
saat ini maju dan berkembang sebagai festival jazz terbesar di dunia. Tak
ketinggalan dengan Jazz Goes to Campus (1978
– sekarang) yang secara konsisten hadir setiap tahunnya sebagai festival musik
jazz tertua di dunia setelah North Sea Jazz Festival, Belanda. Geliat musik
jazz saat itu juga sempat ‘membangkitkan’ kembali salah satu festival musik
jazz tertua tanah air yaitu International
Jakarta Jazz ‘Jak Jazz’ Festival (1988, 1993 – 1997, 2006 – 2008, 2010, 2012, 2014).
Walaupun dikenal sebagai festival musik jazz konvensional, Jak Jazz juga berani
menghadirkan musisi Nu Jazz seperti
Bugz In The Attic & Monday Michiru di tahun 2007 serta Kyoto Jazz Massive
di tahun 2008.
![]() |
Official Poster Jak Jazz 2008 |
Trend distribusi melalui digital store ataupun social media saat ini tidak mampu
mengembalikan kejayaan masa itu. Trend musik memang berputar dan saya sebagai
penikmat musik, tidak sabar berada di titik putaran itu kembali.
Salam Musik Indonesia (yang
sehat lahir dan batin).